Thursday, 15 August 2013

Perjalanan Bromo & Ranu Kumbolo

8 Agustus 2013 - 12 Agustus 2013
Perjalanan mejelajahi Alam kita kali ini akan menuju Bromo & Ranu Kumbolo, untuk menikmati keindahan alamnnya dengan 8 orang team yang terdiri dari; Yande, Yanik, Lelung, Digdig, Tutnik, Lompang, Gusman & Agus. 

Hari 1 Denpasar, 
Kamis, 8 Agustus 2013 Jam 03.00 perjalanan dimulai dengan 2 mobil, menuju pelabuhan gilimanuk ditempuh dengan 3 jam berkendara dari denpasar. Tiket penyebrangan Gilimanuk - Ketapang Rp. 125.000,-/mobil.  Suasana penyebrangan tidak terlalu ramai, sehingga antrean kendaraan tidak terlalu lama. Penyebrangan dari gilimanuk ke ketapang memakan waktu sekitar 1.30 menit. Setelah sampai di ketapang perjalanan menuju bromo dilanjutkan melalui jalur utara yang akan melewati Taman Nasional Baluran,  Pantai Watu Dodol, Pasir Putih (Tempat yg cocok untuk istirahat & makan siang), Situbondo & Probolinggo.
Situbundo
Pasir Putih - Situbondo
Cemoro Lawang
Setelah berkendara 10 jam menuju bromo, Jam 13.30 siang kita sampai di Desa Cemoro lawang, memasuki desa ini ada pos pembelian tiket untuk masuk kawasan TNBTS (Taman Nasinal Bromo Tengger Semeru) seharga 12.000,-/Orang untuk domestik dan mobil Rp. 10.000,- tiket ini bisa di gunakan di semua kawasan TNBTS.  Di desa inilah tempat kita mencari jeep yg besok digunakan menuju Penanjakan & Bromo dengan tarif sewa yg telah ditetapkan resmi, sehingga kita tidak bisa menawarnya lagi, kecuali kalau ada rute khusus diluar jalur yg ada, maka harga dapat di negoisaikan. Karena saat kita kesana sedang libur lebaran, agak sulit untuk mendapatkan tempat menginap. Setelah berkeliling, kita mendapatkan tempat menyewa salah satu rumah penduduk. keadaannya sangat sederhana dengan tembok triplek untuk sekatnya. Tapi sesederhana ini harga cukup mahal dengan 2 tempat tidur saja harga 650.000/malam, tapi dengan nego yg cukup alot disepakati harga 400.000,- (menurut saya masih mahal untuk tipe rumah begini. tapi gak apalah yg penting bisa terhindar dari dingginya malam bromo).
Ngobrol dengan Penduduk Cemoro Lawang
Untuk transport menuju desa Ranu Pani, awalnya  sih mau pake jeep terbuka, ternyata untuk mendapatkan di cemoro lawang bukan hal yg mudah. Setelah konsultasi & saran sopir jeep disana maka 8 orang penumpang  memungkinkan masuk jeep,
 tetapi Carrier di taruh di atas kap mobil. Untuk biaya jeep ke Ranupani Rp. 1.600.000,- Pulang Pergi untuk jalur Cemoro lawang – penanjakan – Ranu Pane, dan pulangnya Ranu Pane – Savana – Gunung bromo – Cemoro Lawang, dari hasil nego sebelumnya Rp. 2.000.000,- untuk mobil,  kami titipkan di rumah penduduk tempat kami menginap. 


Rumah di Cemoro Lawang

*Saran saya kalau ke bromo sebaiknya menginap di Cemoro Lawang, karena desa ini memiliki banyak tempat yang menarik. Tempat yg bisa dikunjungi antara lain pintu gerbang menuju gunung bromo tepat didepan Hotel Bromo Permai,  menyusuri bibir kawah pasir bromo yg menyajikan view gunung dan hamparan pasir bromo tepatnya di depan Hotel Lava View, masuk ke ladang ladang sayur, dengan tanaman bawang tertata rapi dan sekedar melihat aktivitas bertani mereka  . Toko-toko & pedagang asongan kaos Bromo juga bertebaran disini. Dan yg paling utama adalah urusan perut, Cemoro Lawang lebih banyak tempat makannya dari yang low budget sampai yang restaurant ada disini.  

*** Kalau kita ke mau bromo sebelum sampai didesa Cemoro Lawang, akan banyak dijumpai oarang orang yg menyetop kendaraan untuk menawarkan jasa jeep dan menginap.  Abaikan saja, usahakan jangan tergoda,  bilang saja sudah booking kamar di Cemoro Lawang. Biasanya calo yg menawarkan jasanya agak memaksa. Pada saat pertama kali ke bromo, juga pernah kena rayuan para calo akhirnya menginapnya di desa ngadisari, karena kurangnya informasi.



Cemoro Lawang

*** Kalau kita membawa mobil sendiri menuju cemoro lawang dari ngadisari, pas ada pertigaan setelah kantor kepala desa ambil jalan yg kekiri, jangan lurus, karena kalau ambil yg lurus tanjakannya terlalu curam, biasanya  hanya mobil hardtop & sekelasnya  yg biasa melaluinya

Hari 2
Penanjakan
Jam 3.00 pagi sopir jeep datang membangunkan untuk perjalanan melihat sunrise di Penanjakan, udara yg benar benar dingin membuat malas keluar dari rumah. setelah packing packing carrier diatas jeep, kita bergegas menuju penanjakan, dengan 8 orang penumpang, didalam jeep benar benar penuh sesak, di depan 2 orang & di belakang 6 orang. 
Bromo dari Penanjakan
Penanjakan pagi itu benar benar ramai, sangat susah mendapatkan tempat terbaik untuk melihat sunrise. Musim libur lebaran begini penanjakan penuh sesak dengan orang yg ingin mengabadikan indahnya matahari terbit dengan latar belakang gunung Bromo. Pengunjung yang tidak mendapatkan tempat di stage, sampai sampai memanjat atap diatas toilet & berdiri pinggiran pagar pembatas, tentu saja ini sangat berbahaya karena tebih curam didepannya.  Yang kebagian tempat si stage belakang mengintip sunrise disela sela kepala pengunjung di depannya. Setelah matahari terbit biasanya suasana agak kacau & riuh karena pengunjung yg didepan akan berdiri dan dikuti pengunjung dibelakangnya, jadi akan semakin sulit melihat sunrise. sekitar pukul pukul 7 para pengunjung satu persatu akan meninggalkan penanjakan, disinilah kesempatan yg ingin menikmati bromo dengan tenang.

***Saran kalau ke penanjakan untuk dapat melihat sunrise dengan sempurna usahakan datangnya lebih awal, sekitar jam 3 pagilah. bilang saja sama sopirnya agar dijemput lebih awal, jangan lupa siapkan jaket tebal dan masker hidung, bisa juga sewa jaket dan beli masker disana dan  sampai disana langsung ambil posisi paling depan.  Agar bisa terlihat semua, duduk duduk atau saja di pinggir pagar", Kalo membawa kamera dengan tripod ikat saja tripodnya di pagar. 
Penanjakan
Tantangan menunggu matahari terbit di penanjakan adalah berdiri menahan hawa dingin, saking dinginnnya, gak terasa ingus cair sering keluar dari hidung. Mencari posisi yg bagus untuk Foto Sunrise juga merupakan tantangan, karena tanpa memakai tripod akan sulit mendapatkan foto bagu. Kalau Cuaca cerah, dari sini kita bisa melihat pemandangan 3 gunung yaitu Bromo, Batok dan Semeru dengan lautan pasir yang terhampar luas dan cetakan lahan hijau pertanian desa cemoro Lawang. Apalagi diselimuti kabut tipis akan terlihat Exotic !!

Desa Ranupani
Setelah puas menikmati pemandangan bromo, sekitar jam 8.00 kita langsung tancap ke Ranupani, Sarapan pagi kita sebelum berangkat adalah di salah satu warung bakso yang ada tangga menuju penanjakan. Pisang goreng yg dijual di penanjakan perlu dicoba, karena rasanya sangat enak dan legit. Rasanya enak karena disana dingin ya ????.
Setelah melewati padang pasir & padang savana mulailah tanjakan yg akan menuju pertigaan antara tumpang, bromo & ranu pani. Perjalanan ini sangat mendebarkan jantung, bayangkan saja mobil mendaki di punggungan bukit yang hanya cukup untuk 1 mobil saja, saat berpasasan dengan mobil lain, kita harus mencari tempat yang tepat agar mobil lain bisa lewat,  kalau posisi kita di sisi pinggir jalan, akan terasa lebih menegangkan, seolah olah ban mobil akan jatuh ke tebing, karena begitu sempitnya jalan di paksain untuk berpapasan.  Meskipun menegangkan tapi pemandangan yg disuguhkan selama perjalanan ini sangat menabjupkan. Jalan yang  kita lalui disana berupa jalan tanah yg berlubang dan  dibeberapa tempat jalannya sudah di beton.
Sekitar 2 jam perjalanan kita sampai  di desa Danupani, desa Ranupani masuk kecamatan Senduro, Lumajang Jawa Timur.  Di Ranu Pani ada sebuah Pura yaitu "Pura Ulun Danu", kami menyempatkan diri untuk sembahyang disana. Desa Ranu Pani merupakan desa terakhir di kaki gunung semeru, yg dijadikan titik awal pendakian ke gunung semeru. Untuk masuk kedesa ini  bisa dari tiga jalur, yaitu dari Tumpang – Malang, jalur Senduro Lumajang dan jalur dari probolinggo atau pasuruan yg akan melawati lautan pasir, Savana, dan naik melewati Jemplang.
  
Pukul 11.00 kita mulai registrasi di Pos TNBTS Ranu Pane, Untuk pendakian wajib membawa Foto Copy KTP dan Surat Keterangan Sehat dan 1 materai 6000 untuk 1 team, Untuk tiket pendakian masih bisa menggunakan tiket yg di Cemoro Lawang kemarin, sehingga kita hanya membeli tiket tenda sebesar 20.000/ tenda.
Registrasi di POS TNBTS
Untuk meringankan beban pendakian, kita menyewa 1 orang porter dengan tarif  Rp. 200.000 sekali drop sampai di ranu kumbolo. Menuju Ranu Kumbolo atau semeru Ada 2 jalur yaitu melalui bukit ayek-ayek dan bisa melalu jalur Resmi TNBTS, sesuai saran porter untuk mempersingkat waktu perjalanan akhirnya dipilih jalur Ayek–Ayek. Perjalanan akan dimulai tepat di depan pos TNBTS, melewati ladang sayur penduduk dengan pemandangan  hijau kebun sayur.
Melewati Kebun sayur di Jalur Ayek-ayek
Pendakian via ayek-ayek dari start jalurnya sudah menanjak, dibeberapa tempat saja dijumpai jalan yg agak datar, dan terus menanjak sampai puncak bukit ayek ayek, dan dari disinilah jalanan mulai turun sangat curam, sampai pangonan cilik dan naik sedikit setelah tiba dipinggiran Ranu Kumbolo. 


Pangonan Cilik
Sekitar 2 jam perjalanan kita akan sampai di tempat datar itulah puncak dari bukit ayek ayek dari sana kita bisa melihat puncak Mahameru, setelah itu perjalanan akan menurun sekitar 1 jam dan sampai kita di hamparan rumput berwarna kuning keabuan yg disebut pangonan cilik
, cukup indah dengan hamparan rumput rata. karena saya tertinggal, Saya melihat dari bukit diatas pangonan cilik melihat teman saya berjalan beriringan berkelak kelok mengikuti alur jalan di sela reruputan bekas jejak para pendaki semeru. setelah menuruni bukit saya beristiharat di pangonan cilik yg dikelilingi bukit, benar benar tempat yg sangat indah. Setelah menyusuri pangonan cilik dan  berbelok kekiri di antara 2 bukit kita akan sampai di Ranu Kumbolo, dan untuk sampai camp, kita harus berjalan mengitari bukit sampai di seberang Danau. Sekitar jam 04.00 akhirnya sampai di ranu kumbolo.

Jalur ayek- ayek dimusim kemarau sangat meyiksa, jalurnya berdebu apalagi kalau siang hari sangat panas. Saran kalau melalui jalur ini siapkan masker, Tapi pake masker serba salah, kalau dipakai kesulitan bernafas karena kurangnya asupan oksigen, kalau gak dipake juga sulit bernafas karena debunya banyak sekali. 
jadi sarannya saya sebaiknya cari jalur yg resmi saja, meskipun lebih panjang tapi gak tersiksa.

Hari 3
Ranu kombolo
Melewati malam di ranu kombolo tidak banyak aktivitas yg dilakukan hanya pasang tenda, masak,  kemudian semua tertidur, semua kelelahan karena 2 malam terakhir kita tidak cukup tidur, salah satu team kita juga sakit sesampainya di ranu kumbolo. Malam itu ranu kumbolo tidak begitu dingin mungkin suhu berkisar 10 - 15 derajat celcius.
Tenda Pendaki Semeru
Ranu Kumbolo berada di ketinggian 2.400 mdpl, dengan air berwarna biru dan sangat bening,  Biasanya semua pendaki semeru biasanya akan singgah di Ranu Kumbolo untuk sekedar beristiharat dan menambah pasokan air, Sehingga ranu kumbulo merupakan tempat berkumpulnya pendaki baik yg datang maupun yg berangkat ke puncak semeru. Disini para pendaki akan mendirikan tenda, sehingga puluhan Tenda berwarna warni akan menghiasi bibir danau ranu kumbolo. Sunrise adalah yang paling wajib ditunggu di ranu kumbolo, dimana  Matahari pagi akan muncul di sela-sela dua bukit hijau. Tapi sayang, saat itu Ranu Kumbolo di selimuti kabut tebal, sehingga kami tidak bisa menikmatinya. setelah kabut mulai menipis Ranu Kombolo benar benar menyajikan pemandangan yang sangat indah dikelilingi bukit bukit dengan pohon pinus dan airnya yg biru dan jernih.  Kita duduk di depan tenda menikmati danau dengan secangkir kopi sambil memuji keindahannya.
Ranu Kumbolo Berkabut


Bunga Edelwies


Saat matahari telah muncul kita berjalan menuju Oro-Oro Ombo Melewati tanjakan Cinta, Mitosnya di Tanjakan Cinta, kalau kita jalan terus tanpa menoleh ke belakang sambil memikirkan seseorang, orang itu akan jadi jodoh kita. Percaya tidak percaya, namanya juga mitos. Tanaman sejenis lavender berwarna unggu terhampar indah mendominasi tempat ini, dari atas tampak jalanan setapak membelah bunga ini, yg merupakan jalan melanjutkan pendakian ke pos Kalimati - Arcopodo - Mahameru. kami berjalan menyusuri bunga unggu ini dan akhirnya duduk santai menatap keindahannya.
Tanjakan Cinta

Oro Oro Ombo 

Foto Bersama di Ranu Kumbolo
Selamat Datang Pendaki Semeru
Hari 4 
Ranu Regolo
Setelah balik dari ranu kombolo kita berkemah di ranu regolo, posisi danau ini sekitar 10 menit berjalan dari POS TNBTS, Malam ini udara sangat dingin menyelimuti ranu regolo, tulang tulang seperti tertusuk duri, meskipun sudah memakai jaket & slepping bag, masih belum bisa menahan dingginnya ranu regolo. Keesokan pagi saat bangun tidur dan keluar dari  tenda, baru kita menyadari bahwa kemarin kita tidur didalam kulkas, embun embun yang menempel di padang rumput sampai membeku menjadi butiran ES. Pantesan gak bisa tidurlah AC-nya terlalu dingin.


Rumput membeku



Ranu Regulo
Ranupani
Sambil menunggu jemputan kembali Bromo,  hari ini di habiskan menikmati suasana desa Ranupani, kami berjalan jalan berkeliling desa, bermain bersama anak anak disana dan mencari kaos Gunung Semeru. Ranupani merupakan desa yang berhawa sejuk yang dikelilingi perbukitan dengan kebun sayur yang tertata rapi, dari kejauhan terlihat sangat indah. sekitar jam 1 siang mobil hardtop membawa kita kembali ke bromo. Dalam perjalanan kita berhenti sebentur di Jemplang untuk mengabadikan pemandangan sisi lain Gunung Bromo dengan pemandangan padang savana bromo yg dilihat dari ketinggian.


Bermain Di Ranu Pani
View dari Jemplang
Savana, Pasir berbisik & Gunung Bromo
Padang rumput savana menyajikan hamparan rumput berwarna hijau, dengan background langit biru, sayang ada beberapa motor cross nakal yg menaiki bukit, meskipun sudah ada larangan naik, sehingga membuat hamparan hijau menjadi bergaris garis akibat jejak ban motor. Perlu kesadaran para crosser untuk menjaga keasrian padang savana bromo, sehingga saudara saudara kita masih bisa menikmatinya. Dari savana kita langsung menuju Gunung Bromo, karena angin saat itu begitu kencang kita tidak malas di pasir berbisik, karena debu berterbangan mengganggu pernapasan & mata. Untuk menuju ke Gunung bromo kita masing masing menyewa kuda Rp. 100.000/kuda. Pengunjung saat ini sangat ramai, jadi pinggiran kawah gunung penuh sesak pengunjung. Bau busuk belerang juga sangat kuat, jadi kita tidak bisa bertahan lama di atas Gunung bromo, setelah beberapa jepretan kita langsung turun &  kemudian balik ke desa Cemoro Lawang. 
Savana

Setelah mandi di tempat kita menginap sebelumnya di cemoro lawang, sekitar jam 8 malam kita melanjutkan perjalanan balik menuju Bali, meskipun ini perjalanan yg berat dan melelahkan karena di ranu regolo juga gak bisa bisa tertidur pulas, kita sampai dengan selamat di denpasar sekitar jam 6 pagi.
Itulah perjalanan Bromo, Ranu Pani, Ranu Kombulo yang tidak akan terlupakan !!! dan berharap suatu saat nanti bisa mengunjunginya lagi sampai puncak Mahameru.

2 comments:

  1. Jeep bisa muat kapasitas sampe 8 orang ya? Kebetulan sy sama teman2 mau ke bromo kita ber8 tapi katanya kapasitas jeep hanya cukup untuk 6 orang dan sisanya harus cari jeep lain

    ReplyDelete
  2. Masih muat, depan 2 orang belakang 6 orang, nego saja sama sopirnya atau kasi tambahan ongkos lagi 50 rb. kan lebih hemat. atau kalau gak, bisa cari jeep terbuka.

    ReplyDelete